Official Store dan Edukasi Terhadap Suporter Bola Indonesia
(24/3/18) Apakah apparel dan merchandise yang anda gunakan saat ini merupakan official klub? Jika tidak, tak apa, karena hal itu belum lumrah memang di persepakbolaan kita, Terutama image yang sudah melekat bahwa suporter bola negeri ini lebih suka barang KW dibandingkan official. Sebetulnya tidak salah jika mereka menggunakan apparel dan merchandise yang bukan official klub tim kebanggaan mereka, karena sampai sekarang pun masih belum banyak tim di Indonesia yang serius menggarap bidang ini sebagai salah satu sumber pendapatan klub selain sponsor, tiket pertandingan, dan subsidi liga. Jadi wajar jika suporter masih gandrung, bahkan bisa dibilang kecanduan, pada apparel dan merchandise KW karena klub mereka sendiri pun "tidak memberikan" wadah pada suporter mereka untuk berkontribusi pada pemasukan tim lewat penjualan apparel dan merchandise resmi. Bukan berarti saya skeptis terhadap hal ini dan mengesampingkan fakta bahwa sudah ada tim yang sudah menyadari potensi itu, walaupun masih bisa dihitung jari jumlah tim yang sudah sadar itu.
Tak heran apabila Presiden klub Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, di salah satu video Official Persebaya membahas itu dan dalam candaannya mengatakan bahwa menghasilkan pendapatan banyak dari apparel dan merchandise itu masih sebuah mitos dan mendapatkan pendapatan sampai 1 miliar dari apparel dan merchandise sudah merupakan suatu pencapaian luar biasa, (https://www.youtube.com/watch?v=qxVIE13dk3g&t=0s&index=31&list=LLrKb8n3tNjH4s2IRAxQsbrA). Dari situ kita tahu bahwa masih sulit untuk mendapatkan pendapatan dari apparel dan merchandise secara masif dan mampu memenuhi kebutuhan tim dalam satu musim. Tapi tak ada yang tak mungkin jika manajemen klub bola tersebut mampu memaksimalkan bidang ini dengan melakukan edukasi dan promosi secara rutin, selain itu memberikan banyak pilihan produk yang ada, walaupun untuk mampu mencapai keuntungan pastinya harus berani modal banyak untuk melakukan promosi dan memproduksi apparel serta merchandise. Setelah proses itu pun, kita tak bisa langsung percaya diri bahwa produk kita ini laku, karena bisa jadi kita belum mampu membuat suporter berpaling membeli produk kita.
Ribet, kan?? Tidak ribet kok. Solusinya ada di pembahasan sebelumnya, yaitu mengedukasi suporter. Kita sudah tahu bersama bahwa suporter adalah salah satu alasan sebuah klub bisa hidup. Suporter selalu menyisihkan sebagian pendapatan mereka, yang kadang tak seberapa, hanya sekedar untuk menonton tim kesayangannya. Namun kebiasaan di Indonesia, para suporter hanya berkontribusi lewat tiket pertandingan. Sedangkan untuk urusan pernak-pernik kesebelasan (terutama jersey dan scarf), mereka biasanya lebih memilih untuk membeli barang KW. Alasannya klasik, harga yang lebih miring dan mudah ditemui. Hal inilah yang mungkin membuat pendapatan dari penjualan kostum pada klub-klub di Indonesia masih belum cukup untuk menambal kebutuhan tim selama satu musim.
Namun bukan berarti kita tidak bisa memaksimalkan pendapatan dari penjualan kostum dan pernak-pernik klub ini. Salah satu klub yang mungkin bisa dijadikan contoh adalah Persebaya Surabaya.
Bisa kita lihat di map lokasi official store Persebaya Surabaya. Dalam 1 tahun di bawah manajemen baru, Persebaya Surabaya mampu memperluas jangkauan store berjumlah 8 sejauh ini, dimana 6 merupakan official dan 2 merupakan partner. Hal ini merupakan suatu hal yang luar biasa bagi tim di Indonesia. Selain Persebaya Surabaya, jangan lupa pionir pengembangan merchandise resmi yaitu Bali United. Bahkan Klub ini melakukannya sejak tahun 2016 dan berjalan sukses. Ada salah satu artikel yang menjelaskan tentang seriusnya Bali United dalam memaksimalkan pendapatan dari merchandise ( https://www.bola.com/indonesia/read/2471513/melihat-kemewahan-toko-merchandise-bali-united-ala-klub-eropa ) . Di bawah nampak Store Official Bali United.
Jika klub di Indonesia ingin benar - benar mandiri dan sustainable pastinya akan berusaha seperti kedua klub di atas, karena keduanya sudah membuktikan bahwa merchandise bisa menjadi sumber pendapatan klub selain tiket pertandingan, sponsor dan subsidi liga. Jangan sampai klub - klub di Indonesia menjadi terlalu bergantung pada subsidi liga yang tak jelas jumlah dan kapan turunnya sampai membuat Liga 1 2018 sempat tersendat dan terancam tidak bergulir.
Satu hal yang tidak boleh kita lupakan, walaupun kita memaksimalkan pendapatan dari merchandise bukan berarti orientasi kita menjadi Business Oriented. Karena tanpa suporter pun kita tak dapat hidup dan berjalan. Orientasi Customer Oriented harus tetap menjadi pijakan kita dalam menjalankan bisnis ini. Karena pastinya suporter akan membandingkan antara merchandise official dan KW dan untungnya bagi mereka jika mereka memilih salah satunya. Sehingga harus adanya diskusi tentang harga merchandise official yang sesuai kantong suporter. Di satu sisi menguntungkan klub dengan menambah pemasukan, di sisi suporter mereka mendapatkan merchandise resmi sesuai kemampuan kantong mereka sekaligus membantu pemasukan klub yang mereka sayangi.
Sumber
https://www.bola.com/indonesia/read/2471513/melihat-kemewahan-toko-merchandise-bali-united-ala-klub-eropa
https://www.persebayastore.com/page/store-location
https://www.youtube.com/watch?v=qxVIE13dk3g&t=0s&index=31&list=LLrKb8n3tNjH4s2IRAxQsbrA